Selamat datang Di Blog Si keceng

sebuah kata yang akan terukir
ternyata setelah aq berpir bisa untuk membuat blog akhirnya aq bisa

maka jgnlah kamu berpikir tidak bisa dulu niscaya kamu akan tidak bisa.....sepakat toooh

Selasa, 06 Juli 2010

kalibrasi dan alat semprot

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman pertanian sering diganggu atau dirusak oleh organisme pengganggu yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme Pengganggu Tanaman ini dikenal sebagai hama tanaman, penyakit tanaman, dan gulma (tumbuhan pengganggu). Organisme Pengganggu Tanaman sering disingkat OPT. Untuk menghindari kerugian karena serangan OPT, tanaman perlu dilindungi dengan cara mengendaliakan OPT tersebut. Dengan istilah “mengendalikan”, OPT tidak perlu diberantas habis karena memang tidak mungkin. Dengan usaha pengendalian, populasi ataua tingkat kerusakan karena OPT ditekan serendah mungkin sehingga secara ekonomis tidak merugikan (Djojosumarto, 2004).

Di Indonesia untuk keperluan perlindungan tanaman, khususnya untuk kehutanan dan pertanian pada tahun 1986 tercatat 371 formulasi yang telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya, dan 38 formulasi yang baru mengalami proses pendaftaran ulang. Sedangkan ada 215 bahan aktif yang telah terdaftar dan beredar di pasaran (Sudarmo,1997)

Bagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah semua yang meliputi semua hewan yang mengganggu semua kesejahteraan hidup, seperti lalat, nyamuk, kecoak, ngengat, kumbang, siput, tikus dll.

Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida berarti pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan sebagai pembunuh hama. Yang dimaksud hama bagi petani adalah sangat luas, yaitu tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi, bakteri dan virus, kemudian nematode, siput, tikus, burung, dan hewan lainnya yang dianggap mengganggu.

Alat yang digunakan dalam aplikasi pestisida tergantung formulasi yang digunakan. Pestisida yang berbentuk butiran untuk menyebarkannya tidak membutuhkan alat khusus, cukup dengan ember atau alat lainnya yang bisa dugunakan untuk menampung pestisida tersebut dan sarungtangan agar tangan tidak berhubungan langsung dengan pestisida. Pestisida berwujud cairan (EC) atau bentuk tepung yang dilarutkan (WP atau SP) memerlukan alat penyemprot untuk menyebarkannya. Sedangkan pestisida yang berbentuk tepung hembus bisa digunakan alat penghembus. Pestisida berbentuk fumigant dapat diaplikasikan dengan alat penyuntik, misalnya alat penyuntik tanah untuk nematisida atau penyuntik pohon kelapa untuk jenis insektisida yang digunakan memberantas penggerek batang (Djojosumarto, 2000).

Pada dasarnya semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara penyemprotan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot, yang dilakukan nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat halus ( Panut, 2000 ).

Semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara penyemproan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot yang dilakukan oleh nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat halus (droplet). Pada alat pengkabut (miss blower) dimasukkan kedalam pengertian sprayer. Fogging machine dan cold aerosol generator sebenarnya juga dapat dianggap sebagai sprayer (Kusnawiria, M.P, 1998).

Banyak jenis alat penyemprot yang bisa digunakan, yaitu penyemprot gendong, pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and Dust), mesin penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer), dan jenis penyemprot lainnya. Penggunaan alat penyemprot ini disesuaikan dengan kebutuhan terutama yang berkaitan dengan luas areal pertanaman sehingga pemakaian pestisida menjadi efektif dan efisien.

Penyemprot gendong, baik yang otomatis atau semiotomatis dilengkapi dengan sabuk penggendong. Sabuk ini berfungsi untuk menaruh alat pada punggung si pemakai. Bagi penyemprot gendong otomatis, sebelum penyemprotan dimulai maka diperlukan pemompaan terlebih dulu. Pemompaan dilakukan berulang kali sampai tekanan di dalam tangki dianggap cukup dengan melihat manometer yang ada pada alat tersebut. Tekanan yang terlalu tinggi dikhawatirkan bisa meledak. Dan sebaliknya, apabila tekanan rendah maka air semprotan keluarnya tidak sempurna. Lain lagi cara penggunaan penyemprotan gendong semiotomatis, jenis penyemprot ini diperlukan pemompaan yang kontinyu.

Pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and Dust) adalah alat untuk mengabutkan atau menghembuskan cairan dari dalam tangki. Untuk melakukan pekerjaan tersebut masih diperlukan bantuan motor penggerak. Pada dasarnya system kerjanya sama, yaitu memanfaatkan tekanan, hanya saja tekanan yang diberikan pada alat ini berasal dari motor penggerak.

Mesin penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer) adalah alat yang akan mengeluarkan cairan semprot bila tekanan di dalam tangki cukup tinggi. Bagian-bagian dari penyemprot tekanan tinggi adalah unit ruang tekan dan isap, unit pompa, selang, laras dan nozzle. Alat ini digolongkan menjadi tidga tipe, yaitu tipe penyemprot yang menggunakan kerangka besi, tipe penyemprot yang diletakkan di atas gerobak, dan tipe yang diletakkan di atas traktor (Wudianto, 1997).

1.2 Tujuan

Praktikum kali ini dilaksanakan dengan tujuan agar praktikan dapat mengetahui tentang alat-alat pengaplikasian pestisida yang meliputi macamnya, bagian-bagiannya dan kalibrasi peralatan.

BAB 2. METODOLOGI KERJA

2.1 Alat dan Bahan

2.1.1 Alat

v Alat semprot punggung semi otomatis dan otomatis

v Berbagai tipe nozel

v Tali

v Meteran

v Gelas ukur 1000 mL

v Ember plastik 2 buah

v Stopwatch

2.1.2 Bahan

v Air aqua

2.2 Cara Kerja

1. Penentuan Curah Semprot

  1. Memasukkan air ke dalam curah semprot dan dilakukan pmompaan secukupnya kemudian dilakukan penyemprotan ke dalam ember plastic selama 1 menit.
  2. Mengukur jumlah larutan yang keluar selama 1 menit dengan menggunakan gelas ukur.
  3. Diulangi sebanyak 3 kali, dan menghitung kecepatan curah permenit (A liter).

2. Penentuan Lebar Gawang Penyemprotan

  1. Melakukan penyemprotan pada ketinggian nozel 60 cm dari permukaan tanah.
  2. Mengukur lebar penyemprotan yang dihasilkan oleh nozel dari pojok ke pojok (B meter)

3. Menentukan Kecepatan Jalan

  1. Melakukan penyemprotan sambil berjalan secara teratur sejauh 50 meter.
  2. Menghitung waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 50 meter dengan menggunakan stop watch.
  3. Diulang sebanyak 3 kali, dan dirata-rata serta menghitung kecepatan jalan (C meter/menit).

  1. Perhitungan Jumlah Volume larutan yang diperlukan untuk penyemprotan seluas 1 ha (D) :

D = 10000 x A

C x B

D = Jumlah Volume (liter/ha)

A = Kecepatan curah (liter/menit)

B = Lebar gawang semprot (meter)

C = Kecepatan jalan (meter/menit)


BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Kalibrasi Pestisida

Kelompok

Ulangan

A

Kecepatan Curah (liter/menit)

B

Lebar Gawang Semprot (meter)

C

Kecepatan Jalan (meter/menit)

1

1

1,1

1

0,3

2

2

1,9

1

0,32

3

3

1,2

1,2

0,25

Total

1,4 l/menit

1,1 m

0,29

Jadi Jumlah Volume (D) = 10000 x A

C x B

= 10000 x 1,4 l/menit

1,1m x 0,29 menit

= 43887,15 l/ha

Peralatan Pestisida

No.

Gambar

Keterangan

1

Alat Semprot Punggung

Alat Semprot Semi Otomatis

2

Alat Semprot Punggung

3

Alat Semprot Tangan

4

Alat Semprot Otomatis

5

Duster

3.2 Pembahasan

Dalam praktikum acara kedua kami akan membahas data hasil dari praktikum melakukan penyemprotan dalam usaha yang pertama adalah data dari hasil mengambar jenis-jenisnya alat yang berisikan peralatan yang dipakai untuk menyemprot yang dipakai antara lain alat semprot punggung otomatis, alat semprot punggung otomatis, alat penyemprot tangan, alat semprot vogging dan alat semprot yang digunakan pada untuk penyemprotan yaitu alat semprot punggung semi otomatis yang terdiri dari tangki, pompa yang digerakkan dengan tangan ruang bertekanan dan pipa yang dilengkapi katup dan nozel tangki yang digunkan dalam alat ini mempunyai volume 15 L dan terbuat dari bahan anti karat, penyemprotan alat ini dilakukan bersama-sama dengan memompa terus-menerus agar tekanan didalam tabung tetap sama, sedangkan untuk alat yang lain hanya dicatat dan digambar sebagian dari alat tersebut yaitu alat semprot punggung otomatis dengan tangki terbuat dari logam agar dapat menahan tekanan yang ada didalamnya ketika udara dipompa masuk, alat ini terdiri dari tangki, digerakkan dengan tangan alat pengukur tekanan dan pipa yang dilengkapi katup dan nozel, alat penyemprot tangan alat ini biasa digunakan dlam area skala kecil umumnya terbuat dari bahan plastik yang terdiri dari tangki yang terbuat dari plastik, pompa dan tangkainya. Dan ada alat semprot bertenaga tapi dalam praktikum ini kelihatanya alatnya sudah usang, atau sudah berkarat alat yang pada dasarnya menggunakan mesin untuk menghasilkan suatu aliran udara dengan kecepatan tinggi, dimana aliran tersebut akan membawa larutan menjadi butiran-butiran halus alat ini dinamakan dengan mistblower dan yang selanjutnya adalah alat aplikasi debu yang merupak alat aplikasi pestisida dalam formulasi debu yang terdiri dari hopper tempat pestisida, alat untuk mengatur keluarnya pestisida secara kontan dan unit penghembus untuk menghasilkan udara serta tabung pipa tempat keluarnya pestisida, cara kerja alat ini pada dasarnya dengan aliran udara yang dihasilkan baik dengan pompa piston, kantung embus atau kipas yang mendorong alat keluarnya debu masuk kedalam panjang yang dapat diarahkan kesasaran.

Dan praktikum yang kami lakukan yaitu kalibrasi dan saya coba menjelaskan hasil perlakuan dengan alat semprot punggung semi otomatis yaitu mendapatkan hasil dengan rata-rata pada setiap perlakuan yaitu pada kelompok 1 ulangan 1 didapatkan hasil rata-rata kecepatan curah 1,4 l/menit, lebar gawang semprot rata-rata 1,1m serta kecepatan jalan 0,29 dan didapatkan hasil jumlah volume keseluruhan yaitu 43887,15 l/ha. Meskipun dalam pengaplikasian menyemprotnya nozel diarahkan lurus saja, tidak dilakukan dengan horizontal oleh karena itu waktu yang dilakukan lebih cepat dan berpengaruh bagi hasil seandainya diaplikasikan pada sebuah tanman, alat semprot punggung dalam penggunaannya perlu dilakukan kalibrasi terlebih dahulu agar jumlah pestisida dapat ditentukan sesuai dengan rekomendasi yang seharusnya, penggunaan nozel yang berbeda serta tekanan yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda, demikian juga setiap alat akan meberikan pengaruh yang berbeda, dan untuk memperhitung banyaknya pestisida yang dipakai di lapang serta ketepatan dalam penggunaannya, dari hasil di atas data yang diperoleh berbeda-beda karena setiap dalam pengaplikasiannya orang memiliki sebuah kecepatan jalan dan cara aplikasi yang bebeda antara kelompok satu dan dua, membuat lebar gawang, menghasilkan kecepatan curah, dan volume yang berbeda-beda.

BAB 4. KESIMPULAN

Dari praktikum ini dapat disimpulkan beberapa kesimpulan:

1. Masing-masing alat yang telah disiapkan untuk digambar mempunyai beberapa fungsi yang sama dan terbuat dari bahan anti karat pada umumnya.

2. Ada sebagian alat yang terbuat dari bahan plastik namun penggunaannya dalam skala kecil.

3. Alat semprot otomatis dan semi otomatis terbuat dari bahan anti karat namun pada yang otomatis terbuat dari logam yang berfungsi untuk menahan tekanan yang kuat yang diakibatkan tekanan pada saan sebelum penyemprotan, dan pebedaan yang lain terdapat pada semi otomatis yang harus melakukan pemompaan pada saat penyemprotan sengkan yang otomatis tidak.

4. Fungsi dari kalibrasi agar jumlah pestisida dapat ditentukan sesuai dengan rekomendasi yang seharusnya, penggunaan nozel yang berbeda serta tekanan yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda, demikian juga setiap alat akan meberikan pengaruh yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

Djojosumarto, P., 2000, Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian, Kanisius, Yogyakarta.

Djojosumarto, Panut. 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Sastroutomo Soetikno S., 1992, Pestisida Dasar-Dasar Dan Dampak Penggunaanya, Gramedia, Jakarta.

Sukma,Y. dan Yakup, 1991, Gulma Dan Teknik Pengendaliannya, Rajawali Press, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar