Selamat datang Di Blog Si keceng

sebuah kata yang akan terukir
ternyata setelah aq berpir bisa untuk membuat blog akhirnya aq bisa

maka jgnlah kamu berpikir tidak bisa dulu niscaya kamu akan tidak bisa.....sepakat toooh

Rabu, 07 Juli 2010

hama penting tanaman cabai

Cabai besar (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran penting. Buahnya dikenal sebagai bahan penyedap dan pelengkap berbagai menu masakan khas Indonesia. Karenanya, hampir setiap hari produk ini dibutuhkan. Kian hari, kebutuhan akan komoditas ini semakin meningkat sejalan dengan makin bervariasinya jenis dan menu makanan yang manfaatkan produk ini. Selai itu, juga karena semakin digalakkannya ekspor komoditas non migas.
Daerah penanaman cabai di Indonesia tersebar di Pulau Jawa seperti di Jawa Timur (Gresik, Lamongan, Tuban dan Malang), Jawa Tengah (Brebes, Semarang, Magelang, Rembang, dan DI Yogyakarta), Jawa Barat (Cianjur, Bandung, Serang, Bekasi dan Bogor). Kawasan di luar pulau Jawa meliputi Lampung, Sumatra Barat, dan Aceh Timur
Berdasarkan potensi tanaman cabai itu sendiri, produksi tanaman sebanyak 19-20,5 kuintal/ha tergolong rendah. Rendahnya produksi disebabkan banyak faktor. Beberapa diantaranya berkaitan dengan kualitas benih, teknik budidaya, dan populasi tanaman. Faktor tersebut secara langsung berpengaruh kepada kesehatan dan produktivitas tanaman.
Cabai merah besar merupakan tanaman yang dapat mengadakan penyerbukan sendiri, juga dapat mengadakan persilangan dalam tingkat yang cukup besar, mencapai 9-32%. Petani cabai umumnya mendapat benih dari tanaman cabai yang telah dibudidayakan sebelumnya secara turun temurun. Karena itu, kualitas benih menjadi tidak murni lagi, selanjutnya berpengaruh pada keseragaman tumbuh, produktivitas, dan kerentanan terhadap gangguan hama dan penyakit. Kualitas benih atau galur cabai masih terlihat sebagai kendala yang menyebabkan rendahnya produksi (Nawangsih, Imdad dan Wahyudi, 2000).
Budidaya cabai pada tahun-tahun ini cukup prospektif walau terkadang harganya bisa turun cukup drastis. Namun, walau harganya sering naik turun, pada masa mendatang budi daya cabai masih cukup menguntungkan karena kebutuhan masyarakat tiap tahun terus meningkat.
Melihat keuntungan yang bisa diperoleh dari cabai, tidak salah bila akhir-akhir ini banyak petani atau pengusaha yang mengembangkan budi daya cabai dalam skala luas. Sampai sekarang telah banyak petani cabai yang sukses dalam waktu singkat. Namun, juga tidak sedikit petani yang gagal di cabai.
Kegagalan yang dialami petani cabai selama ini disebabkan oleh dua faktor : tidak bisa memprediksi harga yang bakal terjadi pada saat tanaman mulai panen dan faktor hama utama yang menyerang. Sementara itu, keuntungan yang besar disebabkan oleh kebalikan dua faktor tersebut : bisa melihat harga naik saat tanaman panen dan dapat mengaplikasikan cara budi daya cabai dengan benar.
Mengenai masalah hama utama yang sering menyerang tanaman cabai, sangat dirisaukan petani. Selain dapat merusak kualitas dan kuantitas tanaman cabai, juga dapat menyebabkan lahan tersebut terjadi penurunan yang sangat drastis dalam hasil budi dayanya. Oleh karena itu, banyak sekali petani yang mencoba semua cara-cara pengendalian yang dilakukan untuk memberantas semua hama-hama utama tersebut yang menyerang tanaman cabai (Widodo, 2000).



Lalat buah Nama ilmiah, Dacus sp.termasuk ordo Diptera, dan famili tephritidae). Daerah sebaran tersebar luas di Asia, termasuk Indonesia, dan Hawaii. Menyerang 20 tanaman inang macam jenis buah dan sayur. Buah yang disenangi mangga, blimbing, jambu, apokat, semangka. Kerugian menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar, hanya saja laporan secara kuantitatif tentang besarnya kerugian belum ada, tidak hanya menyerang buah tua saja, tetapi juga menyerang buah muda. Buah yang terkena serangan umumnya ditandai dengan warna kehitaman pada buah. Bagian yang diserang tersebut selanjutnya akan mengeras.
Gejala serangan, larva makan jaringan buah bagian dalam buah cabai, sehingga buah yang terinfeksi akan menjadi busuk dan biasanya jatuh ke permukaan tanah sebelum larva berubah jadi kepompong. Kerusakan berat sering terjadi pada pertanaman di musim kemarau.
Bioekologi dari jenis hama ini, telur warna putih pucat, bentuk memanjang dan agak membengkok diletakkan pada lubang kecil di bawah permukaan buah pada semua tingkatan buah. Lalat meletakkan telur tersebut dengan menggunakan ovipositornya yang runcing. Jumlah telur yang diletakkan lalat sekitar 7 butir. Dalam keadaan lingkungan yang baik telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari, apabila telur diletakkan pada buah yang belum masak, maka waktu penetasan tertunda sampai buah masak. Stadium larva yang aktif merusak buah. Serangga dewasa (imago) panjangnya 6-8 mm dengan rentang sayap 5,3-7,3 mm. Tubuh berwarna cokelat tua dan bersayap transparan. Imago dapat menghasilkan telur sebanyak 1.200-1.500 selama hidupnya.
Larvanya disebut belatung, set atau tempayak, berwarna putih, tidak berkaki, membuat saluran-saluran di dalam buah dan akan menjadi pupa 7-10 hari. Larva instar terakhir panjangnya tidak lebih dari 1 cm akan keluar dari buah dan meloncat ke tanah untuk berkepompong. Larva yang berada dalam buah dapat menstingulir pertumbuhan dan kehidupan organisme pembusuk yang lain. Kepompong berwarna coklat berbentuk seperti tong, berada di bawah permukaan tanah.
Stadium kepompong berlangsung selama kurang dari 2 minggu. Tergantung dari kebasahan tempat atau tanah tempat kepompong berada. Lalat, sayapnya transparan dengan corak dekat tepian sayap terdapat pita berwarna hitam. Dada bagian depan berwarna coklat. Lalat tersebut dapat hidup selama 2-3 bulan.
Cara pengendalian :
1. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang misalnya padi
2. Tanam serempak
3. Mengumpulkan buah busuk yang rontok, kemudian dibakar.
4. Menggunakan perangkap beracun, misal metil eugenol dicampur dengan insektisida.
5. Pennyemprotan insektisida efektif apabila ditemukan serangan sedang.
Misalnya dengan penggunaan insektisida Hostathion 75 EC, Lebaycid 25 EC, atau Bayrusil 250 EC.
Nezara viridula atau yang lebih dikenal dengan sebutan kepik hijau ini merupakan salah satu dari ordo Hemiptera yang termasuk dalam famili Pentatomidae dimana hama ini akan menyerang bagian kulit cabai. Gejala yang dapat diamati pada serangan hama ini pada nimfa dan kepik dewasa akan menghisap biji tanaman cabai yaitu dengan cara menusukan alat mulutnya (stilet) pada kulit dan terus kebiji dan kemudian menghisap cairan yang ada di biji sehingga dapat menurunkan hasil dari segi kualitas dan kuantitasnya serta menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak sempurna.
Nimfa berwarna hijau, mata berwarna hitam, dan antena berwarna hijau pucat atau coklat. Panjang nimfa rata-rata 9 mm dan lebar 6,86 mm. Perkembangan hidup hama ini pada stadium telur 5-7 hari dan pada stadium nimfa berlangsung selama 23 hari sehingga daur hidupnya berlangsung selama 29 hari.
Predator dan parasitoid sebagai musuh alami N. viridula, memainkan peranan yang penting dalam mengendalikan populasi hama tersebut. Kombinasi kedua musuh alami ini dapat menimbulkan kerusakan 100% pada telur N. viridula yang diletakkan pada tanaman yang sama. Pada saat predator N. viridula tidak ada, tingkat parasitoid mencapai lebih dari 70% dan sebaliknya pada saat predasi mencapai 80%, tidak ditemukan adanya predator. Predator dan parasitoid menekan populasi N. viridula, dalam berbagai tingkatan tahap kehidupan N. viridula, baik telur, larva maupun pupa (Van Den Berg et al. 1995).
Predator utama adalah semut, tetapi serangga lain juga penting. P.megacephala merupakan penyebab utama kematian telur N. viridula. Adanya perbedaan pandangan ini bukan merupakan masalah utama, karena yang paling penting diperhatikan adalah bahwa dengan adanya predator dan parasitoid di lapangan sudah cukup untuk menekan populasi N. viridula
Van Den Berg et al. (1995) menemukan ciri-ciri yang bervariasi akibat serangan predator terhadap N. viridula. Kumbang-kumbang penghisap telur menyebabkan telur menjadi kosong dan cangkang telur menjadi rusak. Predator lain seperti Crikets dan Staphylinids, secara bertahap memindahkan sebagian telur. Pada kasus lain, Soleonopsis geminata membawa seluruh tumpukan masa telur sehingga hanya meninggalkan bekas peletakan telur.
Dalam menekan populasi N. viridula di lapangan, predator memiliki potensi yang berbeda baik untuk setiap fase perkembangan N. viridula, maupun untuk setiap fase tanamannya. Tekanan predator terhadap populasi N. viridula tergantung pada tinggi rendahnya populasi predator di lapangan. Van Den Berg et al. (1995) menemukan bahwa pada wilayah yang memiliki populasi predator rendah mempunyai tekanan predasi yang rendah terhadap N. viridula dan sebaliknya, wilayah yang mempunyai populasi predator yang tinggi juga mempunyai tekanan yang tinggi terhadap N. viridula. Kerapatan tinggi predator berkaitan dengan tingginya tingkat kehilangan telur N. viridula di lapangan (Clarke, 1992).
Tingkat predasi pada berbagai fase kehidupan N. viridula juga berbeda. Van Den Berg et al. (1995) menemukan bahwa pada pertanaman cabai yang tidak mendapat aplikasi pestisida, tingkat predasi pada telur berkisar 19-63%, 33,6% diantaranya disebabkan oleh predator, terutama pada fase telur sampai akhir instar pertama.
Jadi, dalam menekan hama N. viridula, parasitoid dan predator memegang peranan yang sangat penting. Keberadaan parasitoid dan predator secara alamiah dapat menekan populasi N. Viridula pada level yang cukup rendah. Dengan demikian keberadaan parasitoid dan predator perlu dipertahankan. Untuk itu diperlukan upaya konservasi keberadaan musuh alami ini di lapangan.
Upaya konservasi musuh alami dapat dilakukan dengan berbagai cara terutama dengan mengurangi penggunaan pestisida, karena sejalan dengan berkembangnya konsep pengendalian hama terpadu, maka penggunaan pestisida harus diminimalkan kalau perlu ditiadakan. Dengan demikian upaya mengurangi keberadaan N. Viridula pada tanaman cabai dapat berjalan secara alami dan keseimbangan alam tetap terjaga dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar